Standar Prosedur Operasioal
Perbaikan Robekan Vagina Dan Perineum



Pengertian

Tindakan mendekatkan tepi-tepi luka dan mempertahankan dengan benang atau jahitan sampai terjadi kontinuitas jaringan.

Tujuan

Sebagai acuan dalam penatalaksanaan perbaikan robekan

vagina dan perineum.

Kebijakan

Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Madani Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 870/ 9722.1/ RSUDM/ 2019 tentang kebijakan pelayanan PONEK 24 jam di Rumah Sakit Umum Daerah Madani Provinsi Sulawesi Tengah

Prosedur

Persiapan Alat dan Bahan

  1. Set alat heacting

  2. Lampu sorot

  3. Nierbekken

  4. Larutan klorin 0,5%

  5. APD

  6. Lidocain

  7. Aquadest

  8. Disposible 5cc


PENATALAKSANAAN


  1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarganya tentang tindakan yang akan dilakukan, dan meminta persetujuan tindakan

  2. Lakukan pemeriksaan area robekkan dan tentukan tingkatannya.

  3. Lakukan tehnik asepsis pada area robekan.

  4. Berikan anastesi local, masukkan jarum pada ujung laserasi dan dorong masuk sepanjang robekkan, aspirasikan dan kemudian suntikkan sekitar 10 ml lidokain 0,5% tunggu 2 menit agar anastesi efektif.

  5. Untuk jahitan mukosa vagina. Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan catgut kromik 2-0. Mulai dari 1 cm diatas puncak luka didalam vagina sampai pada batas vagina.

  6. Untuk jahitan otot perineum. Jahit pada daerah otot perineum sampai ujung luka perineum secara jelujur deng catgut kromik 2-0. Lihat kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya.

  7. Untuk jahitan kulit, carilah lapisan subkutikuler persis dibawah lapisan kulit. Jahit hingga arah batas vagina, akhiri dengan simpul mati pada bagian vagina.

  8. Untuk robekan tingkat III. Lakukan pemeriksaan pada sfingter ani, gunakan satu tangan masukan kedalam anus, identifikasi sfingter ani dan periksa permukaan rectum. Ganti sarung tangan, lakukan teknik antiseptis pada daerah robekkan. Tautkan mukosa rectum dengan benang kromik 3-0 atau 4-0 secara interuptus dengan 0,5 cm antar jahitan.

  9. Jahitlah otot-otot lapis demi lapis dengan jahitan satu-satu.

  10. untuk jahitan sfingter ani. Jepit otot sfingter ani dengan pinset cirurgis, tautkan ujung otot sfingter ani dengan 2-3 jahitan benang kromik 2-0 angka 8 secara interuptus, lanjutkan reparasi mukosa vagina, otot perineum dan kulit

  11. Perawatan pasca tindakan pada robekkan tingkat IV, antibiotik profilaksis dosis tunggal yaitu cefadrocyl 500 mg,metronidazole 500 mg dan asam mefenamat 500 mg per oral.

  12. Penanganan kasus terlantar (robekkan lebih dari 12 jam) untuk robekkan tingkat I dan II, robekkan dibiarkan terbuka. Robekan tingkat III dan IV, lakukan jahitan situasi dengan 2-3 jahitan. Penjahitan otot, mukosa vagina, dan kulit perineum dilakukan sekitar 6 hari kemudian.


  1. Penanganan komplikasi.

  • Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan. Jika tidak ada tanda infeksi dan perdarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan.

  • Jika terdapat infeksi, buka dan drain luka. Apabila infeksi ringan, tidak perlu antibiotika. Jika infeksi berat tetapi tidak sampai pada jaringan dalam, berikan cefadroxyl 3x500 mg, asam mefenamat 3x500mg, metronidazole 3x500mg diberikan per oral selama 5 hari

Unit Terkait

  1. IGD Kebidanan

  2. Kamar Bersalin