Standar Prosedur Operasioal
Akselerasi Persalinan


Pengertian

Induksi persalinan :

Merangsang uterus untuk memulai terjadinya persalinan

Akselerasi persalinan :

Meningkatkan frekuensi, lama, dan kekuatan kontraksi uterus dalam persalinan

Tujuan

Sebagai acuan dalam penatalaksanaan induksi dan akselerasi persalinan, untuk mencapai his 3 kali dalam 10 menit

Kebijakan

Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Daerah Umum Madani Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 870/9722.1/RSUDM/2019 tentang kebijakan pelayanan PONEK 24 jam di RumahSakit Umum Daerah Madani Provinsi Sulawesi Tengah.


Prosedur

  1. Jika selaput ketuban masih intak, dianjurkan amniotomi.

a. Kaji ulang indikasi.

b. Lakukan prosedur amniotomi.

c. Jika proses persalinan yang baik tidak terjadi 1 jam setelah amniotomi, mulailah dengan infuse oksitosin.

d. Pada persalinan dengan masalah misalnya sepsis

atau eklamsia, infus oksitosin dilakukan bersamaan dengan amniotomi.

  1. Sebelum melakukan induksi persalinan lakukan penilaian serviks untuk induksi persalinan (Bishop Skor). Jika skor ≥ 6, induksi cukup dilakukan dengan oksitosin. Jika ≤ 5, matangkan serviks dahulu dengan misoprostol.


Unit Terkait

  1. IGD PONEK

  2. Kamar Bersalin

Penilaian serviks untuk induksi persalinan (Bishop Skor)

  1. Induksi persalinan dengan oksitosin

a. Pantau denyut nadi, tekanan darah, dan kontraksi ibu hamil, dan periksa denyut jantung janin (DJJ).

b. Kaji ulang indikasi.

c. Infus oxytocin 2.3 unit dalam 500 cc Dex 5% (atau garam fisiologik) mulai dengan 10 tetes per menit. Naikkan kecepatan infus 10 tetes per menit tiap 30 menit sampai kontraksi adekuat (3 kali tiap 10 menit dengan lama l ebih dari 40 detik). Dan pertahankan sampai terjadi kelahiran

Kecepatan infus oksitocin untuk induksi persalinan

d. Catat semua pengamatan pada potograf tiap 30 menit. Frekuensi dan lamanya kontraksi dan DJJ. Apabila DJJ kurang dari 100 per menit, segera hentikan infus.

e. Jika terjadi hiperstimulasi (lama kontraksi lebih dari 60 detik) atau lebih dari 4 kontraksi dalam 10 menit, hentikan infus.

f. Jika tidak terjadi kontraksi yang adekuat (3 kali tiap 10 menit dengan lama lebih dari 40 detik) setelah infuse oksitosin mencapai 60 tetes per menit :

1) Naikkan konsentrasi oksitosin menjadi 5 unit dalam 500ml dekstros (atau garam fisiologik) dan sesuaikan kecepatan infus sampai 30 tetes per menit.

2) Naikkan kecepatan infus 10 tetes per menit tiap 30 menit sampai kontraksi adekuat atau setelah infus oksitosin mencapai 60 tetes per menit.

g. Jika masih tidak tercapai kontraksi yang adekuat dengan konsentrasi yang lebih tinggi:

1) Pada multigrafida, induksi dianggap gagal, lakukan seksio sesarea.

2) Pada primigravida, infuse oksitosin bisa dinaikkan konsentrasinya yaitu :

a) 10 unit dalam 500ml dekstrose (atau garam fisiologik) 30 tetes per menit.

b) Naikkan 10 tetes tiap 30 menit sampai kontraksi adekuat.

c) Jika konsentrasi tetap tidak adekuat setelah 60 tetes/ menit (60 mlU/menit) lakukan seksio sesarea

1. Induksi persalinan dengan Misoprostol.

a. Kaji ulang indikasi.

b. Tempatkan tablet Misoprostol 25 mcg di forniks posterior vagina dan jika his tidak timbul dapat diulangi setelah 6 jam

c. Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberian 25 mcg, naikkan dosis menjadi 50 mcg tiap 6 jam. Jangan lebih dari 50 mcg setiap kali pakai dan jangan lebih dari 4 dosis atau 200 mcg.

d. Jika masih tidak tercapai kontraksi yang adekuat dengan konsentrasi yang lebih tinggi:

1) Pada multigrafida, induksi dianggap gagal, lakukan seksio sesarea.

2) Pada primigravida, infuse oksitosin bisa dinaikkan konsentrasinya yaitu :

a) 10 unit dalam 500ml dekstrose (atau garam fisiologik) 30 tetes per menit.

b) Naikkan 10 tetes tiap 30 menit sampai kontraksi adekuat.

c) Jika konsentrasi tetap tidak adekuat setelah 60 tetes/ menit (60 mlU/menit) lakukan seksio sesarea

2. Induksi persalinan dengan Misoprostol.

a. Kaji ulang indikasi.

b. Tempatkan tablet Misoprostol 25 mcg di forniks posterior vagina dan jika his tidak timbul dapat diulangi setelah 6 jam

c. Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberian 25 mcg, naikkan dosis menjadi 50 mcg tiap 6 jam. Jangan lebih dari 50 mcg setiap kali pakai dan jangan lebih dari 4 dosis atau 200 mcg.