Perilaku Kekerasan

Kode Diagnosa:

cara penulisan diagnosis aktual : Masalah berhubungan dengan Penyebab ditandai dengan Tanda / Gejala

Definisi

Resiko perilaku kekerasakan terhadap orang lain adalah rentan melakukan perilaku yang menunjukkan dapat membahayakan orang lain secara fisik dan emosional (NANDA, 2018). Perilaku kekerasan dapat berupa verbal, fisik, dan lingkungan.

Kondisi Klinis
Terkait

      1. Psikotik akut

      2. Skizofrenia

      3. Gangguan bipolar

      4. Gangguan neurologis

      5. Gangguan fungsi kognitif

Penyebab

  1. Waham

  2. Curiga pada orang lain

  3. Halusinasi

  4. Berencana bunuh diri

  5. Kerusakan kognitif

  6. Disorientasi atau konfusi

  7. Kerusakan control impuls

  8. Depresi

  9. Penyalahgunaan NAPZA

  10. Gangguan konsep diri

  11. Isolasi social

Tanda / Gejala


Mayor

Subjektif:

  1. Mengatakan benci atau kesal dengan orang lain

  2. Mengatakan ingin memukul orang lain

  3. Mengatakan tidak mampu mengontrol perilaku kekerasan

  4. Mengungkapkan keinginan menyakiti diri sendiri, orang lain, dan merusak lingkungan


Objektif :

  1. Melotot

  2. Pandangan tajam

  3. Tangan mengepal, rahang mengatup

  4. Gelisah dan mondar-mandir

  5. Tekanan darah meningkat

  6. Nadi meningkat

  7. Pernafasan meningkat

  8. Mudah tersinggung

  9. Nada suara tinggi dan bicara kasar

  10. Mendominasi pembicaraan

  11. Sarkasme

  12. Merusak lingkungan

  13. Memukul orang lain

Minor

Subjektif :

  1. Mengatakan tidak senang

  2. Menyalahkan orang lain

  3. Mengatakan diri berkuasa

  4. Merasa gagal mencapai tujuan

  5. Mengungkapkan keinginan yang tidak realistis dan minta di penuhi

  6. Suka mengejek dan mengkritik

Objektif :

1. Disorientasi

2. Wajah merah

3. Postur tubuh kaku

4. Sinis

5. Bermusuhan

6. Menarik diri


Tujuan
Perawatan


1. Kognitif, klien mampu:

a. Menyebutkan penyebab risiko perilaku kekerasan

b. Menyebutkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan

c. Menyebutkan akibat yang ditimbulkan

d. Menyebutkan cara mengatasi risiko perilaku kekerasan

2. Psikomotor, klien mampu:

a. Mengendalikan risiko perilaku kekerasan dengan relaksasi: Tarik napas dalam, pukul kasur dan bantal, senam, dan jalan-jalan

b. Berbicara dengan baik: mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan baik

c. Melakukan deeskalasi yaitu mengungkapkan perasaan marah secara verbal dan tertulis

d. Melakukan kegiatan ibadah seperti sholat, berdoa, kegiatan ibadah lain

e. Patuh minum obat dengan 8 benar (benar nama klien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu, benar manfaat, benar tanggal kedaluwarsa dan benar dokumentasi)

3. Afektif, klien mampu:

a. Merasakan manfaat dari latihan yang dilakukan

b. Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan


Intervensi


Tindakan pada klien

a. Pengkajian: kaji tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan, penyebab, kemampuan mengatasinya, dan akibatnya.

b. Diagnosis: jelaskan proses terjadinya risiko perilaku kekerasan.

c. Tindakan keperawatan

1) Latih klien untuk melakukan relaksasi: Tarik napas dalam, pukul bantal dan kasur, senam dan jalan-jalan.

2) Latih klien untuk bicara dengan baik: Mengungkapkan perasaan, meminta dengan baik dan menolak dengan baik.

3) Latih deeskalasi secara verbal maupun tertulis.

4) Latih klien untuk melakukan kegiatan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut (sholat, berdoa, dan kegiatan ibadah yang lainnya).

5) Latih klien patuh minum obat dengan cara 8 benar benar (benar nama klien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu, benar manfaat, benar tanggal kedaluwarsa dan benar dokumentasi).

6) Bantu klien dalam mengendalikan risiko perilaku kekerasan jika klien mengalami kesulitan.

7) Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihan mengendalikan risiko perilaku kekerasan.

8) Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan mengendalikan risiko perilaku kekerasan.

9) Terapi kognitif

a) Sesi 1: Mengidentifikasi peristiwa yang tidak menyenangkan dan menimbulkan pikiran otomatis negatif

b) Sesi 2: Melawan pikiran otomatis negatif

c) Sesi 3: Memanfaatkan sistem pendukung

d) Sesi 4: Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negatif

10) Terapi perilaku

a) Sesi 1: Mengidentifikasi peristiwa yang tidak menyenangkan dan menimbulkan perilaku negatif

b) Sesi 2: Mengubah perilaku negatif menjadi positif

c) Sesi 3: Memanfaatkan sistem pendukung

d) Sesi 4: Mengevaluasi manfaat melawan perilaku negatif

11) Terapi kognitif perilaku

a) Sesi 1: Mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan menimbulkan pikiran otomatis negatif dan perilaku negatif

b) Sesi 2: Melawan pikiran otomatis negative

c) Sesi 3: Mengubah perilaku negative menjadi positif

d) Sesi 4: Memanfaatkan sistem pendukung

e) Sesi 5: Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negatif dan mengubah perilaku negatif

12) Latihan asertif

a) Sesi 1: Mengidentifikasi peristiwa yang menyebabkan marah dan sikap saat marah (asertif, pasif, agresif)

b) Sesi 2: Mengungkapkan keinginan dan kebutuhan secara asertif

c) Sesi 3: Mengatakan tidak untuk permintaan yang irasional

d) Sesi 4: Menerima dan mengungkapkan perbedaan pendapat secara asertif

e) Sesi 5: Mengevaluasi manfaat latihan asertif

13) Terapi penerimaan komitmen (acceptance commitment therapy)

a) Sesi 1: Mengidentifikasi pengalaman/kejadian yang tidak menyenangkan

b) Sesi 2: Mengenali keadaan saat ini dan menemukan nilai-nilai terkait pengalaman yang tidak menyenangkan

c) Sesi 3: Berlatih menerima pengalaman/kejadian tidak menyenangkan menggunakan nilai-nilai yang dipilih klien

d) Sesi 4: Berkomitmen menggunakan nilai-nilai yang dipilih klien untuk mencegah kekambuhan

14) Latihan relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation)

a) Sesi 1: Identifikasi ketegangan otot dan latihan mengencangkan dan mengendorkan otot

b) Sesi 2: Evaluasi manfaat mengencangkan dan mengendurkan otot

15) Rational behavior therapy (REBT)

a) Fase 1: Persiapan kognitif

(1) Sesi 1: Saling percaya dan harapan

(2) Sesi 2: Termometer perasaan

(3) Sesi 3: Fakta vs opini

b) Fase 2: Belajar model kognitif ACBs

(4) Sesi 4: Belajar model kognitif ACBs

c) Fase 3: Latihan model kognitif ACBs

d) Sesi 5: Latihan model kognitif ACBs

1. Tindakan pada keluarga

a. Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien

b. Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta proses terjadinya risiko perilaku kekerasan yang dialami klien

c. Mendiskusikan cara merawat risiko perilaku kekerasan dan memutuskan cara merawat yang sesuai dengan kondisi klien.

d. Melatih keluarga cara merawat risiko perilaku kekerasan klien:

1) Menghindari penyebab terjadinya risiko perilaku kekerasan.

2) Membimbing klien melakukan latihan cara mengendalikan perilaku kekerasan sesuai dengan yang dilatih perawat ke klien.

3) Memberi pujian atas keberhasilan klien

e. Melibatkan seluruh anggota keluarga untuk menciptakan suasana keluarga yang nyaman: Mengurangi stress di dalam keluarga dan memberi motivasi pada klien

f. Menjelaskan tanda dan gejala perilaku kekerasan yang memerlukan rujukan segera serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara teratur

g. Psikoedukasi keluarga

1) Sesi 1: Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami klien dan masalah keluarga (care giver) dalam merawat klien

2) Sesi 2: Merawat masalah kesehatan klien

3) Sesi 3: Melatih manajemen stress untuk keluarga

4) Sesi 4: Melatih manajemen beban untuk keluarga

5) Sesi 5: Memanfaatkan sistem pendukung

6) Sesi 6: Mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga

2. Tindakan pada kelompok klien

a. Terapi aktivitas kelompok: Stimulasi persepsi

1) Sesi 1: Mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

2) Sesi 2: Mencegah perilaku kekerasan secara fisik

3) Sesi 3: Mencegah perilaku kekerasan dengan cara verbal

4) Sesi 4: Mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiriyual

5) Sesi 5: Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengonsumsi obat

b. Terapi suportif

1) Sesi 1: Identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan di luar keluarga

2) Sesi 2: Latihan menggunakan sistem pendukung dalam keluarga

3) Sesi 3: Latihan menggunakan system pendukung diluar keluarga

4) Sesi 4: Evaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung

3. Tindakan Kolaborasi

a. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK

b. Memberikan program terapi dokter (obat): Edukasi 8 benar pemberian obat dan memberikan sesuai dengan konsep safety pemberian obat

c. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat

4. Discharge Planning

a. Menjelaskan rencana persiapan pasca rawat di rumah untuk memandirikan klien

b. Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan.

c. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan

5. Evaluasi

a. Penurunan tanda dan gejala perilaku kekerasan

b. Peningkatan kemampuan klien mengatasi perilaku kekerasan

c. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien

6. Rencana Tindak Lanjut

a. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis keperawatan jiwa.

b. Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan primer di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder, dan tersier di rumah sakit.

c. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa, kelompok swabantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di masyarakat