Harga Diri
Rendah Situasional

Kode Diagnosa:

cara penulisan diagnosis aktual : Masalah berhubungan dengan Penyebab ditandai dengan Tanda / Gejala

Definisi

Resiko harga diri rendah situasional adalah munculnya persepsi negatif tentang makna diri sebagai respon terhadap situasi saat ini (NANDA, 2018).

Kondisi Klinis
Terkait

  1. Cedera traumatis

  2. Pembedahan

  3. Kehamilan

  4. Diagnosis penyakit yang

diterima

  1. Stroke

Penyebab

  1. Gangguan citra tubuh

  2. Gangguan peran sosial

  3. Harapan diri tidak realistik

  4. Korban kekerasan

  5. Kegagalan

  6. Ketidakberdayaan

  7. Riwayat kehilangan

  8. Riwayat pengabaian
    Riwayat penolakan

Tanda / Gejala

Mayor

Subjektif:

  1. Menilai diri negatif (mis., tidak berguna, tidak tertolong)

  2. Merasa malu/bersalah

  3. Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

Objektif :

  1. Berbicara pelan dan lirih

  2. Menolak berinteraksi dengan orang lain

  3. Berjalan menunduk

Minor

Subjektif :

  1. Kurang konsentrasi

Objektif :

  1. Kontak mata kurang

  2. Lesu dan tidak bergairah

  3. Pasif

  4. Tidak mampu membuat keputusan

Tujuan
Perawatan

1. Kognitif, klien mampu:

a. Mengetahui pengertian, tanda gejala, penyebab dan akibat dari harga diri rendah situasional

b. Mengetahui kemampuan yang dimiliki dan dapat dilakukan

c. Mengetahui cara mengatasi harga diri rendah situasional

2. Psikomotor, klien mampu:

a. Memilih kemampuan yang dapat dilakukan

b. Melatih kemampuan yang dipilih

c. Menyusun rencana kegiatan sesuai dengan kondisi kesehatan

1. Afektif, klien mampu:

a. Merasakan manfaat dari latihan yang dilakukan

Memilih aspek positif dan makna kehidupannya

Intervensi


1. Tindakan pada klien

a. Pengkajian: kaji tanda dan gejala harga diri rendah situasional

b. Diagnosis: jelaskan proses terjadinya harga diri rendah situasional.

c. Tindakan keperawatan: latih cara meningkatkan harga diri klien

1) Membuat daftar aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.

2) Menilai aspek positif dan kemampuan yang masih dapat dilakukan.

Bantu melakukan pujian pada diri sendiri (self reinforcement)

3) Memilih aspek positif dan kemampuan yang masih dapat dilakukan untuk dilatih

4) Melatih aspek positif dan kemampuan yang masih dapat dilakukan untuk dilatih secara bertahap

5) Membuat rencana latihan yang teratur secara bertahap.

6) Terapi kognitif

a) Sesi 1: Mengidentifikasi peristiwa/pengalaman yang tidak menyenangkan dan menimbulkan pikiran otomatis negatif

b) Sesi 2: Melawan pikiran otomatis negatif

c) Sesi 3: Memanfaatkan sistem pendukung

d) Sesi 4: Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negatif

7). Terapi perilaku

a) Sesi 1: Mengidentifikasi peristiwa/pengalaman yang tidak menyenangkan dan menimbulkan perilaku negatif

b) Sesi 2: Mengubah perilaku negatif menjadi positif

c) Sesi 3: Memanfaatkan sistem pendukung

d) Sesi 4: Mengevaluasi manfaat melawan perilaku negatif

8). Terapi kognitif perilaku

a) Sesi 1: Mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan menimbulkan pikiran otomatis negatif dan perilaku negatif

b) Sesi 2: Melawan pikiran otomatis negative

c) Sesi 3: Mengubah perilaku negative menjadi positif

d) Sesi 4: Memanfaatkan sistem pendukung

e) Sesi 5: Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negatif dan mengubah perilaku negatif


2. Tindakan pada keluarga

a. Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien

b. Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta proses terjadinya harga diri rendah situasional

c. Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien meningkatkan harga diri sesuai dengan asuhan keperawatan pada klien. Motivasi keluarga memberikan pujian atas keberhasilan klien (other reinforcement).

d. Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang mendukung peningkatan harga diri klien

e. Diskusikan tanda dan gejala harga diri rendah situasional yang memerlukan rujukan segera serta menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

f. Psikoedukasi keluarga (family psycho education)

1) Sesi 1: Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami klien dan masalah keluarga (care giver) dalam merawat klien

2) Sesi 2: Merawat masalah kesehatan klien

3) Sesi 3: Melatih manajemen stress untuk keluarga

4) Sesi 4: Melatih manajemen beban untuk keluarga

5) Sesi 5: Memanfaatkan sistem pendukung

6) Sesi 6: Mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga


3. Tindakan pada kelompok klien

a. Terapi suportif

1) Sesi 1: Identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan di luar keluarga

2) Sesi 2: Latihan menggunakan sistem pendukung dalam keluarga

3) Sesi 3: Latihan menggunakan system pendukung diluar keluarga

4) Sesi 4: Evaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung


4. Tindakan Kolaborasi

a. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK

b. Memberikan program terapi dokter (obat): Edukasi 8 benar pemberian obat dan memberikan sesuai dengan konsep safety pemberian obat

c. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat

d. Kolaborasi dengan psikiater sesuai dengan kebutuhan

5. Discharge Planning

a. Menjelaskan rencana persiapan pasca rawat di rumah untuk memandirikan klien

b. Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan.

c. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan


6. Evaluasi

a. Penurunan tanda dan gejala harga diri rendah situasional.

b. Peningkatan kemampuan klien dalam melatih aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.

c. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan harga diri rendah situasional.


7. Rencana Tindak Lanjut

a. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis keperawatan jiwa.

b. Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan primer di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder, dan tersier di rumah sakit.

c. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa, kelompok swabantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di masyarakat