SECTIO CAESAREA

Kode Diagnosa: O82

cara penulisan diagnosis aktual : Masalah berhubungan dengan Penyebab ditandai dengan Tanda / Gejala

Definisi

Sectio Caesarea (SC) adalah suatu tindakan pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus sehingga janin dapat lahir secara utuh dan sehat (Jitowiyono, 2012)

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).

Kondisi Klinis
Terkait

Subyektif

Ibu mengatakan lelah dan tidak mampu mengedan

Obyektif

Tidak ada kemajuan yang pasti melalui penurunan janin kurang dari 1 cm/jam pada primi gravida dan 2 cm/jam pada multi gravida. Adanya tanda gawat janin yang terdeteksi dari DJJ < 120 x/menit atau > 160x/menit. ( Green & Wilkonson 2012)


Penyebab

1. Panggul sempit

2. Pembedahan sebelumnya pada uterus

3. Perdarahan; disebabkan plasenta previa atau abruptio pasenta.

4. Toxemia gravidarum; mencakup preeklamsi dan eklamsi, hipertensi esensial dan nephritis kronis.

5. Indikasi fetal; gawat janin, malpresentasi, cacat, insufisiensi plasenta, prolapses funiculus umbilicalis, diabetes maternal, dan infeksi virus herpes pada traktus genitalis. (Oxorn, 2010)


Tanda / Gejala

Berdasarkan tingkat urgensinya, sectio caesarea (SC) dapat dibedakan menjadi SC cito dan elektif.SC cito, yaitu SC yang dilakukan setelah proses persalinan dimulai. Sedangkan SC elektif adalah tindakan SC terencana yang dilakukan sebelum proses persalinan dimulai.

Operasi SC emergensi dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu:

  1. Kategori 1: Gawat janin atau gawat ibu yang membahayakan nyawa

  2. Kategori 2: Kegawatan janin atau ibu yang tidak membahayakan nyawa

  3. Kategori 3: Tidak ada tanda gawat janin atau gawat ibu, tetapi dibutuhkan persalinan

  4. Kategori 4: Waktu persalinan disesuaikan dengan pasien atau dokter.

Tingkat urgensi sectio caesarea (SC) akan menentukan waktu tindakan harus dilakukan. Persalinan yang termasuk ke dalam kategori 1 dan 2 perlu mendapatkan penanganan dengan SC secepatnya. Tindakan SC harus dilakukan segera setelah diagnosis dibuat, yaitu dalam kurun waktu 30 menit pada kategori 1 dan dalam 75 menit pada kategori 2.

Tujuan
Perawatan

Tindakan operasi sectio caesarea dilakukan untuk mencegah kematian janin maupun ibu yang dikarenakan bahaya atau komplikasi yang akan terjadi apabila ibu melahirkan secara pervaginam (Sukowati et al, 2010)

Intervensi

Menurut Rosdahl & Kowalski (2014) prabedah kelahiran melalui sectio caesarea dapat terjadwal atau dapat pula darurat. Sebagai seseorang bidan, harus mempersiapkan keluarga untuk prosedur tersebut.

1. Pra operatif sectio caesarea

a. Persiapan kamar operasi

1) Kamar operasi telah dibersihkan sebelum dipakai.

2) Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi.

b. Persiapan pasien

1) Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi

2) Informed consent telah ditanda tangani oleh pasien dan keluarga pasien

1) Bidan memberikan support kepada pasien

2) Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis dicukur dan sekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptik)

3) Pemasangan cairan infus dan kateter tetap

4) Satu jam sebelum tindakan pembedahan diberikan terapi antibiotik/IV

5) Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap dan urine)

6) Pemeriksaan USG

7) Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.

8) Persedian darah sudah siap pakai

9) Konsultasi dokter Anastesi


2. Post operasi sectio caesarea

Ibu harus diberi asuhan pasca bedah rutin. Kaji tanda-tanda vital, observasi lokea (rabas vagina) dan insisi, serta kaji fundus. Pengkajian fundus sulit untuk dilakukan karena adomen terpasang balutan, tetapi pengkajian tersebut penting dilakukan untuk mencegah perdarahan. Catat asupan dan pengeluaran 24 jam setelah pembedahan. Tingkatkan diet sesuai toleransi. Beri perawatan perineum dan obat oksitosik sesuai program. Ambulasi dini dan latihan nafas sangat penting. Klien biasanya pulang pada hari ketiga atau keempat pasca bedah (Rosdahl & Kowalski, 2014)