Risiko Penurunan
Curah Jantung

Kode Diagnosa: D.0011

cara penulisan diagnosis risiko : Masalah dibuktikan dengan Faktor Risiko

Definisi

Berisiko mengalami pemompaan jantung yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh

Faktor Risiko

  1. Perubahan afterload

  2. Perubahan frekuensi jantung

  3. Perubahan irama jantung

  4. Perubahan kontraktilitas

  5. Perubahan preload

Kondisi Klinis Terkait

  1. Gagal jantung kongestif

  2. Sindrom koroner akut

  3. Gangguan katup jantung (Stenosis/Regurgitasi aorta, pulmonalis, trikuspidalis, atau mitralis)

  4. Atrial/ventricular septal defect

  5. Aritmia

Tujuan
Perawatan

A. Curah Jantung: Meningkat (L.02008)

Kriteria Hasil:

  1. Kekuatan nadi perifer Meningkat

  2. Ejection Fraction (EF) Meningkat

  3. Cardiac Index Meningkat

  4. Left Ventricular stroke work index Meningkat

  5. Stroke Volume Index Meningkat

  6. Palpitasi Menurun

  7. Bradikardia Menurun

  8. Takikardia Menurun

  9. Takikardia Menurun

  10. Gambaran EKG Aritmia Menurun

  11. Lelah Menurun

  12. Edema Menurun

  13. Distensi Vena Jugularis Menurun

  14. Dispneu Menurun

  15. Oliguria Menurun

  16. Pucat/Sianosis Menurun

  17. Paroxysmal Nocturnal Dyspneu Menurun

  18. Ortopneu Menurun

  19. Batuk Menurun

  20. Suara Jantung S3 Menurun

  21. Suara Jantung S4 Menurun

  22. Murmur Jantung Menurun

  23. Hepatomegali Menurun

  24. Pulmonary Vascular resistance Menurun

  25. Tekanan darah Membaik

  26. Pengisian kapiler Membaik

  27. Berat Badan Membaik

  28. Central Venous Pressure Membaik

  29. Pulmonary Artery Wedge Pressure Membaik


B. Status Sirkulasi: Meningkat (L.02016)

Kriteria Hasil:

  1. Kekuatan nadi Meningkat

  2. Output Urine Meningkat

  3. Saturasi Oksigen Meningkat

  4. PO2 Meningkat

  5. Pucat Meningkat

  6. Akral Dingin Menurun

  7. PCO2 Menurun

  8. Pitting Edema Menurun

  9. Edema Perifer Menurun

  10. Hipotensi Ortostatik Menurun

  11. Bunyi Napas tambahan Menurun

  12. Bruit pembuluh darah Menurun

  13. Distensi vena jugularis Menurun

  14. Asites Menurun

  15. Fatigue Menurun

  16. Klaudikasio intermitten Menurun

  17. Parastesia Menurun

  18. Sinkop Menurun

  19. Ulkus Ekstremitas Menurun

  20. Tekanan Darah sistolik Membaik

  21. Tekanan darah diastolik Membaik

  22. Tekanan nadi Membaik

  23. Tekanan arteri rata-rata Membaik

  24. Pengisian kapiler Membaik

  25. Tekanan vena sentral Membaik

  26. Berat badan Membaik

Intervensi

A. Perawatan Jantung (I. 02075)

Observasi:

  1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dispneu, kelelahan, edema, ortopnea, paroxcysmal nocturnal dyspneu, peningkatan CVP)

  2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit, pucat)

  3. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)

  4. Monitor intake dan output cairan

  5. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama

  6. Monitor status oksigen

  7. Monitor keluhan nyeri dada (misal: Intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presipitasi yang mengurangi nyeri)

  8. Monitor EKG 12 sadapan

  9. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)

  10. Monitor nilai laboratorium jantung (misal: Elektrolit, enzim jantung, BNP, Ntpro-BNP)

  11. Monitor fungsi alat pacu jantung

  12. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas

  13. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat (misal: Beta blocker, ACE inhibitor, Calcium channel blocker, digoksin)

Terapeutik:

  1. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman

  2. Berikan diet jantung yang sesuai (misal: Batasi asupan kafein, natrium, kolesterol, dan makanan tinggi lemak)

  3. Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai indikasi.

  4. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat

  5. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu

  6. Berikan dukungan emosional dan spiritual

  7. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%

Edukasi:

  1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi

  2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap

  3. Anjurkan berhenti merokok

  4. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian

  5. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian

Kolaborasi:

  1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

  2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung


B. Perawat Jantung Akut (I. 02076)

Observasi:

  1. Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi faktor pemicu dan pereda, kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi dan frekuensi)

  2. Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T

  3. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)

  4. Monitor elektrolit yang dapat meningkat risiko aritmia (misal: Kalium, magnesium serum)

  5. Monitor enzim jantung (Misal: CK, CK-MB, Troponin T, Troponin I)

  6. Monitor saturasi oksigen

  7. Identifikasi stratifikasi pada sindrom koroner akut (misal: Skor TIMI, Killip, Crusade)

Terapeutik:

  1. Pertahankan tirang baring minimal 2 jam

  2. Pasang akses intravena

  3. Puasakan hingga bebas nyeri

  4. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan stress

  5. Sediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat dan pemulihan

  6. Siapkan menjalani intervensi koroner perkutan, jika perlu.

  7. Berikan dukungan emosional dan spiritual

Edukasi:

  1. Anjurkan segera melaporkan nyeri dada

  2. Anjurkan menghindari manuver valsava (miMengedan saat BAB atau batuk)

  3. Jelaskan tindakan yang dijalani pasien

  4. Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan ketakutan

Kolaborasi:

  1. Kolaborasi pemberian antiplatelet, jika perlu

  2. Kolaborasi pemberian antiangina (misal: Nitrogliserin, beta blocker, calcium channel blocker)

  3. Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu

  4. Kolaborasi pemberian inotropik, jika perlu

  5. Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah manuver valsava (misal: Pelunak tinja, antiemetik)

  6. Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada, jika perlu.


C. Manajemen syok Kardiogenik (I.02051)

Observasi:

  1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP)

  2. Monitor status oksigenasi (Oksimetri nadi, AGD)

  3. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)

  4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil

  5. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS (deformity/deformitas, open wound/Luka terbuka, tenderness/nyeri tekan, swelling/bengkak)

  6. Monitor EKG 12 lead

  7. Monitor rontgen dada (misal: Kongesti paru, edema paru, pembasaran jantung)

  8. Monitor enzim jantung (misal: CK, CKMB, Troponin)

  9. Identifikasi penyebab masalah utama (misal: Volume, pompa atau irama)

Terapeutik:

  1. Pertahankan jalan napas paten

  2. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%

  3. Persiapan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu

  4. Pasang jalur IV

  5. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urin

  6. Pasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung, jika perlu

Kolaborasi:

  1. Kolaborasi pemberian inotropik (misal: Dobutamin), jika TDS 70-100mmHgtanpa disertai tanda/gejala syok

  2. Kolaborasi pemberian vasopressor (misal: Dopamine), jika TDS 70-100 mmHg disertai tanda/gejala syok)

  3. Kolaborasi pemberian vasopressor kuat (misal: Norepinefrin), jika TDS <70mmH

  4. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

  5. Kolaborasi pompa intra-aorta, jika perlu


D. Pemantauan Hemodinamik Invasif (I. 02058)

Observasi:

  1. Monitor frekuensi dan irama jantung

  2. Monitor TDS, TDD, MAP, Tekanan vena sentral, tekanan arteri pulmonal, tekanan baji arteri paru.

  3. Monitor curah jantung dan indeks jantung

  4. Monitor bentuk gelombang hemodinamik

  5. Monitor perfusi perifer distal pada sisi insersi setiap 4 jam

  6. Monitor tanda tanda infeksi dan perdarahan pada sisi insersi.

  7. Monitor tanda-tanda komplikasi akibat pemasangan selang (misal: Pneumotoraks, selang tertekuk, embolisme udara)

Terapeutik:

  1. Dampingi pasien saat pemasangan dan pelepasan kateter jalur hemodinamik

  2. Lakukan tes allen untuk menilai kolateral ulnaris sebelum kanulasi pada arteri radialis

  3. Pastikan set selang terangkai dan terpasang dengan tepat

  4. Konfirmasi ketepatan posisi selang dengan pemeriksaan x-ray, jika perlu

  5. Posisikan transduser pada atrium kanan (aksis flebostatik) setiap 4-12 jam untuk mengkalibrasi dan mentitiknolkan perangkat.

  6. Pastikan balon deflasi dan kembali ke posisi normal setelah pengukuran tekanan baji arteri paru (PAWP)

  7. Ganti selang dan cairan infus setiap 24-72 jam, sesuai protokol

  8. Ganti balutan pada area insersi dengan teknik steril

  9. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien

  10. Dokumentasi hasil pemantauan

Edukasi:

  1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

  2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

  3. Anjurkan membatasi gerak/aktivitas selama kateter terpasang


E. Pemantauan Tanda Vital (I.02060)

Observasi:

  1. Monitor tekanan darah

  2. Monitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)

  3. Monitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)

  4. Monitor suhu tubuh

  5. Monitor Oksimeter nadi

  6. Monitor tekanan nadi (selisih TDS dan TDD)

  7. Identifikasi penyebab perubahan tanda vital

Terapeutik

  1. Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien

  2. dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

  1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

  2. informasikan hasil pemantauan, jika perlu.


F. Manajemen Aritmia (I.02035)

Observasi

  1. Periksa onset dan pemicu aritmia

  2. Identifikasi jenis aritmia

  3. Monitor frekuensi dan durasi aritmia

  4. Monitor keluhan nyeri dada (intensitas, lokasi, faktor pencetus dan faktor pereda)

  5. Monitor Respon hemodinamik akibat aritmia

  6. Monitor saturasi oksigen

  7. Monitor kadar elektrolit

Terapeutik

  1. Berikan lingkungan yang tenang

  2. Pasang jalan napas buatan (misal: OPA, NPA, LMA, ETT), jika perlu

  3. Pasang akses intravena

  4. Pasang monitor jantung

  5. Rekam EKG 12 sadapan

  6. Periksa interval QT sebelum dan sesudah pemberian obat yang dapat memperpanjang interval QT

  7. Lakukan maneuver valsava

  8. Lakukan masase karotis unilateral

  9. Berikan oksigen sesuai indikasi

  10. Siapkan pemasangan ICD (Implantable Cardioverter Defibrilator)

Kolaborasi

  1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

  2. Kolaborasi pemberian kardioversi, jika perlu

  3. Kolaborasi pemberian defibrilasi, jika perlu