Pola Napas Tidak Efektif

Kode Diagnosa: D.0005

cara penulisan diagnosis aktual : Masalah berhubungan dengan Penyebab ditandai dengan Tanda / Gejala

Definisi

Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat

Kondisi Klinis
Terkait

  1. Depresi sistem saraf pusat

  2. Cedera kepala

  3. Trauma thorax

  4. Gullain bare syndrome

  5. Multiple sclerosis

  6. Myasthenia gravis

  7. Stroke

  8. Kuadriplegia

  9. Intoksikasi alkohol

Penyebab

  1. Depresi buat pernapasan

  2. Hambatan upaya napas (misal: Nyeri saat bernapas, kelamhan otot pernapasan)

  3. Deformitas dinding dada

  4. Deformitas tulang dada

  5. Gangguan neuromuskular

  6. Gangguan neurologis (misal: Elektroensefalogram (EEG) positif, cedera kepala, gangguan kejang)

  7. Imaturitas neurologis

  8. Penurunan Energi

  9. Obesitas

  10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

  11. Sindrom Hipoventilasi

  12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)

  13. Cedera pada medula spinalis

  14. Efek agen farmakologis

  15. Kecemasan

Tanda / Gejala

Subjektif

  1. Dispneu

  2. Ortopneu


Objektif

  1. Penggunaan otot bantu pernapasan

  2. Fase ekspirasi memanjang

  3. Pola napas abnormal (misal: Takipneu, Bradipneu, hiperventilasi, kussmaul, cheyne stokes)

  4. Pernapasan pursed lip

  5. Pernapasan cuping hidung

  6. Diameter thoraks anterior-posterior meningkat

  7. Ventilasi semenit menurun

  8. Kapasitas vital menurun

  9. Tekanan ekspirasi menurun

  10. Tekanan inspirasi menurun

  11. Ekskursi dada berubah

Tujuan
Perawatan

A. Pola Napas: Membaik (L.01004)

Kriteria Hasil:

  1. Dispneu Menurun

  2. Penggunaan otot bantu napas Menurun

  3. Pemanjangan fase ekspirasi Menurun

  4. Ortopneu Menurun

  5. Pernapasan Pursed Lip Menurun

  6. pernapasan cuping hidung Menurun

  7. Frekuensi napas Membaik

  8. Kedalaman napas Membaik

  9. Ekskursi dada Membaik

  10. Ventilasi semenit Membaik

  11. Kapasitas vital Membaik

  12. Diameter thoraks anterior-posterior Membaik

  13. Tekanan ekspirasi Membaik

  14. Tekanan inspirasi Membaik


B. Keseimbangan Asam Basa: Meningkat (L.02009)

Kriteria Hasil:

  1. Tingkat Kesadaran Meningkat

  2. Istirahat Meningkat

  3. Mual Menurun

  4. Kram Otot Menurun

  5. Kelemahan otot Menurun

  6. Frekuensi napas Membaik

  7. Irama napas Membaik

  8. pH Membaik

  9. Kadar CO2 Membaik

  10. Kadar bikarbonat Membaik

  11. Kadar fosfat Membaik

  12. Kadar Natrium Membaik

  13. Kadar klorida Membaik

  14. Kadar hemoglobin Membaik


C. Status Neurologis: Membaik (L.06053)


Kriteria Hasil:

  1. Tingkat kesadaran Meningkat

  2. Reaksi Pupil Meningkat

  3. Orientasi Kognitif Meningkat

  4. Status kognitif Meningkat

  5. Kontrol Motorik Pusat Meningkat

  6. Fungsi sensorik kranial Meningkat

  7. Fungsi sensorik spinal Meningkat

  8. Fungsi motorik kranial Meningkat

  9. Fungsi otonom Meningkat

  10. Komunikasi Meningkat

  11. Sakit Kepala Menurun

  12. Frekuensi kejang Menurun

  13. Hipertermia Menurun

  14. Diaforesis Menurun

  15. Pucat Menurun

  16. Kongesti Konjungtiva Menurun

  17. Kongesti nasal Menurun

  18. Parastesia Menurun

  19. Sensasi logam di mulut Menurun

  20. Sindrom Horner Menurun

  21. Pandangan kabur Menurun

  22. Penile erection Menurun

  23. Tekanan Darah sistolik Membaik

  24. Frekuensi nadi Membaik

  25. Ukuran pupil Membaik

  26. Gerakan mata Membaik

  27. Pola napas Membaik

  28. Pola istirahat tidur Membaik

  29. Frekuensi napas Membaik

  30. Refleks Pilomotorik Membaik

Intervensi

A. Manajemen Jalan Napas (I.01011)

Observasi:

  1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

  2. Monitor bunyi napas tambahan (misal: gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)

  3. Monitor sputum (jumlah, warna aroma)

Terapeutik:

  1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)

  2. Posisikan semi-fowler atau fowler

  3. Berikan minum hangat

  4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

  5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

  6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal

  7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill

  8. Berikan oksigen jika perlu

  9. Berikan asupan cairan yang adekuat

Edukasi:

  1. Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi:

  1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu

B. Pemantauan Respirasi (I. 01014)

Observasi :

  1. Monitor Frekuensi, Irama, kedalaman dan Upaya napas

  2. Monitor pola napas (seperti bradipneu, takipneu, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-stokes, Biot, Ataksik).

  3. Monitor kemampuan batuk efekti

  4. Monitor adanya produksi sputum

  5. Monitor adanya sumbatan jalan napa

  6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

  7. Auskultasi bunyi napas

  8. Monitor saturasi oksigen

  9. Monitor hasil AGD

  10. Monitor hasil X-ray thorax.

Terapeutik:

  1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien

  2. Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi:

  1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

  2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

C. Dukungan Ventilasi (I.01002)

Observasi:

  1. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas

  2. Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernapasan

  3. Monitor status respirasi dan oksigenasi (Misal: frekuensi dan kedalaman napas, penggunaan otot bantu napas, bunyi napas tambahan, saturasi oksigen

Terapeutik:

  1. Pertahankan kepatenan jalan napas

  2. Berikan posisi semi Fowler atau Fowler

  3. Fasilitas mengubah posisi senyaman mungkin

  4. Gunakan bag-valve mask, jika perlu.

  5. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (misal: nasal kanul, masker wajah, masker rebreathing atau non rebreathing)

Edukasi:

  1. Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam

  2. Ajarkan mengubah posisi secara mandiri

  3. ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi:

  1. Kolaborasi pemberian bronkhodilator, jika perlu

D. Manajemen Jalan Napas Buatan (I.01012)

Observasi:

  1. Monitor posisi selang endotrakeal (ETT), terutama setelah mengubah posisi

  2. Monitor tekanan balon ETT setiap 4-8 Jam

  3. Monitor kulit area stoma trakeostomi (misal: Kemerahan, drainase, perdarahan)

Terapeutik:

  1. Kurangi tekanan balon secara periodik tiap shift

  2. Pasang orophariangeal airway (OPA) untuk mencegah ETT tergigit

  3. Cegah ETT Tergigit (kinking)

  4. Berikan pre-oksigenasi (bagging atau ventilasi mekanik) 1.5 kali volume tidal.

  5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik jika diperlukan (bukan secara berkala/rutin)

  6. Ganti fiksasi ETT setiap 24 jam

  7. Ubah posisi ETT secara bergantian (kiri dan kanan) setiap 24 jam

  8. Lakukan perawatan mulut (misal: Dengan sikat gigi, kasa, pelembap bibir)

  9. Lakukan perawatan stoma trakeostomi.

Edukasi :

  1. Jelaskan pasien dan/atau keluarga tujuan dan prosedur pemasangan jalan napas buatan

Kolaborasi:

  1. Kolaborasi intubasi ulang jika terbentuk mucous plug yang tidak dapat dilakukan penghisapan

E. Pemantauan Tanda Vital (I.02060)

Observasi:

  1. Monitor tekanan darah

  2. Monitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)

  3. Monitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)

  4. Monitor suhu tubuh

  5. Monitor Oksimeter nadi

  6. Monitor tekanan nadi (selisih TDS dan TDD)

  7. Identifikasi penyebab perubahan tanda vital

Terapeutik:

  1. Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien

  2. dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

  1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

  2. informasikan hasil pemantauan, jika perlu.

F. Stabilisasi Jalan Napas (I.01025)

Observasi:

  1. Identifikasi ukuran dna tipe selang orofaringeal atau nasofaringeal

  2. Monitor suara napas setelah selang jalan napas terpasang (misal: Sesak napas, mengorok)

  3. Monitor komplikasi pemasangan selang jalan napas

  4. Monitor kesimetrisan pergerakan dinding dada

  5. Monitor saturasi oksigen (SpO2) dan CO2

Terapeutik:

  1. Gunakan alat pelindung diri (misal: Sarung tangan, kacamata, masker)

  2. Posisikan kepala pasien sesuai dengan kebutuhan

  3. lakukan pengisapan mulut atau orofaring

  4. Insersikan selang oro/nasofaring dengan tepat

  5. Pastikan selang oro/nasofaring mencapai dasar lidah dan menhan lidah tidak jatuh ke belakang,

  6. Fiksasi selang oro/nasofaring dengan cara yang tepat

  7. Ganti selang oro/nasofaring sesuai prosedur

  8. Insersikan Laryngeal mask airway (LMA) dengan tepat

  9. Pastikan pemasangan selang endotrakeal dan trakeostomi hanya oleh tim medis yang kompeten

  10. Fasilitasi pemasangan selang endotrakeal dengan menyiapkan peralatan intubasi dan peralatan darurat yang dibutuhkan

  11. Berikan oksigen 100% selama 3-5 menit, sesuai kebtuhan

  12. Auskultasi dada setelah intubasi

  13. Gembungkan manset endotrakeal/trakeostomi

  14. Tandai selang endotrakeal pada bibir atau mulut

  15. Verifikasi posisi selang dengan menggunakan x-ray dada, pastikan trakea 2-4 cm diatas karina

Edukasi:

  1. Jelaskan tujuan dan prosedur stabiliasasi jalan napas

Kolaborasi:

  1. Kolaborasi pemilihan ukuran dan tipe selang endotrakeal atau selang trakeostomi yang memiliki volume tinggi, manset yang memiliki tekanan darah

G. Pencegahan Aspirasi (I. 01018)

Observasi:

  1. Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah, dan kemampuan menela

  2. Monitor status pernapasa

  3. Monitor bunyi napas, terutama setelah makan/minum

  4. periksa residu gaster sebelum memberi asupan oral.

  5. periksa kepatenan selang nasogastrik sebelum memberi asupan oral.

Terapeutik:

  1. Posisikan semi fowler (30-45 derajat) 30 menit sebelum memberi asupan oral.

  2. pertahankan posisi semi fowler (30-45 derajat) pada pasien tidak sada

  3. Pertahankan kepatenan jalan napas (misal: Teknik head tilt chin lift, jaw thrust, in line)

  4. Pertahankan pengembangan balon endotracheal tube (ETT)

  5. Lakukan penghisapan jalan napas, jika produksi sekret meningkat.

  6. Sediakan suction di ruangan

  7. Hindari memberi makan melalui selang gastrointestinal, jika residu banyak

  8. Berikan makanan dengan ukuran kecil atau lunak

  9. Berikan obat oral dalam bentuk cair

Edukasi :

  1. Anjurkan makan secara perlahan

  2. Ajarkan strategi mencegah aspirasi

  3. Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika perlu.

H. Perawatan Selang Dada (I.01022)

Observasi:

  1. Identifikasi indikasidilakukan pemasangan selang dada

  2. Monitor kebocoran udara dari selang dada

  3. Monitor fungsi, posisi dan kepatenan aliran selang (undulasi cairan pada selang)

  4. Monitor tanda dan gejala pneumothorax

  5. Monitor penurunan produksi gelembung, undulasi, dan gelombang pada tabung penampung cairan

  6. Monitor jumlah cairan pada tabung (seal)

  7. Monitor posisi selang dengan Xray

  8. Monitor krepitasi di sekitar selang dada

  9. Monitor tanda-tanda akumulasi cairan intrapleura

  10. Monitor volume, warna dan konsistensi drainase dari paru-paru

  11. Monitor tanda-tanda infeksi

Terapeutik

  1. Lakukan kebersihan tangan sebelum dan setelah pemasangan atau perawatan selang dada

  2. Pastikan sambungan selang tertutup sempurna

  3. Klem selang saat penggantian tabung

  4. Berikan selang yang cukup panjang untuk mempermudah gerakan

  5. Lakukan kultur cairan dari selang dada, jika perlu

  6. Fasilitasi batuk, napas dalam dan ubah posisi setiap 2 ja

  7. Lakukan perawatan di area pemasangan selang setiap 48-72 ja

  8. Lakukan penggantian tabung (seal) secara bekal

  9. Lakukan pelepasan selang dada, sesuai indikasi

Edukasi

  1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan selang

  2. Ajarkan cara perawatan selang

  3. Ajarkan mengenali tanda-tanda infeksi


I. Pengaturan Posisi (I.01019)

Observasi:

  1. Monitor status oksigenasi sebelum dan sesudah mengubah posisi

  2. Monitor alat traksi agar selalu tepat

Terapeutik:

  1. Tempatkan pada matras/tempat tidur terapeutik yang tepat

  2. Tempatkan pada posisi terapeutik

  3. Tempatkan objek yang sering digunakan dalam jangkauan

  4. sediakan matras yang kokoh/padat

  5. Atur posisi tidur yang disukai, jika tidak kontraindikasi

  6. Atur posisi yang mengurangi sesak (misal: semi-fowler)

  7. Atur possisi yang meningkatkan drainage

  8. Posisikan pada kesejajaran tubuh yang tepat

  9. Imobilisasi dan topang bagian tubuh yang cedera dengan tepat

  10. Tinggikan bagian tubuh yang sakit dengan tepat

  11. tinggikan anggota gerak 20 derajat atau lebih diatas level jantung

  12. Tinggikan tempat tidur bagian kepala

  13. Berikan bantal yang tepat pada lehe

  14. Berikan topangan pada area edema (misal: Bantal dibawah lengan dan skrotum)

  15. Posisikan untuk mempermudah ventilasi/perfusi (misal: Tengkurap/good lung down)

  16. Motivasi melakukan ROM aktif atau pasif

  17. Motivasi terlibat dalam perubahan posisi, sesuai kebutuhan

  18. Hindari menempatkan pada posisi yang dapat meningkatkan nyeri

  19. Hindari menempatkan stump amputasi pada posisi fleksi

  20. Hindari posisi yang menimbulkan ketegangan pada luk

  21. Minimalkan gesekan dan tarikan saat mengubah posisi

  22. Ubah posisi setiap 2 jam

  23. Ubah posisi dengan teknik log roll

  24. Pertahankan posisi dan integritas traksi

  25. Jadwalkan secara tertulis untuk perubahan posisi

Edukasi

  1. Informasikan saat akan dilakukan perubahan posisi

  2. Ajarkan cara menggunakan postur yang baik dan mekanika tubuh yang baik selama melakukan perubahan posisi

Kolaborasi :

  1. Kolaborasi pemberian premidkasi sebelum mengubah posisi, jika perlu