Penurunan
Curah Jantung

Kode Diagnosa: D.0008

cara penulisan diagnosis aktual : Masalah berhubungan dengan Penyebab ditandai dengan Tanda / Gejala

Definisi

Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh

Kondisi Klinis Terkait

  1. Gagal Jantung Kongestif

  2. Sindrom Koroner Akut

  3. Stenosis Mitral

  4. Regurgitasi Mitral

  5. Stenosis Aorta

  6. Regurgitasi Aorta

  7. Stenosis Trikuspidal

  8. Regusgitasi Trikuspidal

  9. Stenosis pulmonal

  10. Regurgitasi pulmonal

  11. Aritmia

  12. Penyakit Jantung bawaan

Penyebab

  1. Perubahan irama jantung

  2. Perubahan frekuensi jantung

  3. Perubahan kontraktilitas

  4. Perubahan preload

  5. Perubahan afterload

Tanda / Gejala

Subjektif

  1. Palpitasi

  2. Lelah

  3. Dispneu

  4. Paroxysmal Nocturnal Dyspneu (PND)

  5. Ortopneu

  6. Batuk

  7. Cemas

  8. Gelisah


Objektif

  1. Bradikardia/Takikardia

  2. Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi

  3. Edema

  4. Distensi Vena Jugularis

  5. Central Venous Pressure (CVP) meningkat/menurun

  6. Hepatomegali

  7. Tekanan darah meningkat/menurun

  8. Nadi perifer teraba lemah

  9. Capillary refill time> 3 detik

  10. Oliguria

  11. Warna kulit pucat dan/atau sianosis

  12. Terdengar suara jantung S3 dan atau S4

  13. Ejection Fraction (EF) menurun

  14. Murmur jantung

  15. Berat badan bertambah

  16. Pulmonary Artery Wedge Pressure (PAWP) menurun

  17. Pulmonary vascular resistance (PVR) meningkat/menurun

  18. Systematic Vascular Resistance (SVR) Meningkat/Menurun

  19. Cardiac Index (CI) menurun

  20. Left Ventricular Stroke Work Index (LVSWI) menurun

  21. Stroke Volume Index (SVI) menurun

  22. Perilaku/emosional


Tujuan
Perawatan

A. Curah Jantung Meningkat (L.02008)


Kriteria Hasil:

  1. Kekuatan Nadi Perifer Meningkat

  2. Ejection Fraction Meningkat

  3. Palpitasi Menurun

  4. Bradikardia Menurun

  5. Takikardia Menurun

  6. Gambaran EKG Aritmia Menurun

  7. Lelah Menurun

  8. Edema Menurun

  9. Distensi Vena Jugularis Menurun

  10. Dispnea Menurun

  11. Oliguria Menurun

  12. Pucat/sianosis Menurun

  13. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) Menurun

  14. Ortopnea Menurun

  15. Batuk Menurun

  16. Suara Jantung S3 menurun

  17. Suara Jantung S4 Menurun

  18. Tekanan Darah Membaik

  19. Pengisian Kapiler Membaik




B. Status Sirkulasi Meningkat (L.02016)


Kriteria Hasil:

  1. Kekuatan nadi Meningkat

  2. Output Urine Meningkat

  3. Saturasi Oksigen Meningkat

  4. PO2 Meningkat

  5. Pucat Meningkat

  6. Akral Dingin Menurun

  7. PCO 2 Menurun

  8. Pitting Edema Menurun

  9. Edema Perifer Menurun

  10. Hipotensi Ortostatik Menurun

  11. Bunyi Napas tambahan Menurun

  12. Bruit pembuluh darah Menurun

  13. Distensi vena jugularis Menurun

  14. Asites Menurun

  15. Fatigue Menurun

  16. Klaudikasio intermitten Menurun

  17. Parastesia Menurun

  18. Sinkop Menurun

  19. Ulkus Ekstremitas Menurun

  20. Tekanan Darah sistolik Membaik

  21. Tekanan darah diastolik Membaik

  22. Tekanan nadi Membaik

  23. Tekanan arteri rata-rata Membaik

  24. Pengisian kapiler Membaik

  25. Tekanan vena sentral Membaik

  26. Berat badan Membaik



C. Perfusi Miokard Meningkat (L.02011)


Kriteria Hasil:

  1. Gambaran EKG Iskemia/Injuri/Infark Menurun

  2. Nyeri Dada Menurun

  3. Gambaran EKG Aritmia Menurun

  4. Diaforesis Menurun

  5. Mual Menurun

  6. Muntah Menurun

  7. Arteri apikal Membaik

  8. Tekanan arteri rata-rata Membaik

  9. Takikardia Membaik

  10. Bradikardia Membaik

  11. Kekuatan nadi Membaik

  12. Tekanan darah Membaik

  13. Fraksi Ejeksi Membaik

  14. Tekanan baji arteri pulmonal Membaik

  15. Cardiac Index (CI) Membaik



D. Tingkat Keletihan Menurun (L.05046)


Kriteria Hasil:

  1. Verbalisasi kepulihan energi Meningkat

  2. Tenaga Meningkat

  3. Kemampuan melakukan aktivitas rutin Meningkat

  4. Motivasi Meningkat

  5. Verbalisasi lelah Menurun

  6. Lesu Menurun

  7. Gangguan konsentrasi Menurun

  8. Sakit kepala Menurun

  9. Sakit tenggorokan Menurun

  10. Mengi Menurun

  11. Sianosis Menurun

  12. Gelisah Menurun

  13. Frekuensi Napas Menurun

  14. Perasaan bersalah Menurun

  15. Nafsu makan Membaik

  16. Pola napas Membaik

  17. Libido Membaik

  18. Pola Istirahat Membaik

Intervensi

Perawatan Jantung (I. 02075)

Observasi:

  1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dispneu, kelelahan, edema, ortopnea, paroxcysmal nocturnal dyspneu, peningkatan CVP)

  2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit, pucat)

  3. Monitor tekanan darah (Termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)

  4. Monitor intake dan output cairan

  5. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama

  6. Monitor status oksigen

  7. Monitor keluhan nyeri dada (misal: intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presipitasi yang mengurangi nyeri)

  8. Monitor EKG 12 sadapan

  9. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)

  10. Monitor nilai laboratorium jantung (misal: Elektrolit, enzim jantung, BNP, Ntpro-BNP)

  11. Monitor fungsi alat pacu jantung

  12. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas

  13. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat (misal: Beta blocker, ACE inhibitor, Calcium channel blocker, digoksin)

Terapeutik:

  1. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman

  2. Berikan diet jantung yang sesuai (miBatasi asupan kafein, natrium, kolesterol, dan makanan tinggi lemak)

  3. Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai indikasi.

  4. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat

  5. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu

  6. Berikan dukungan emosional dan spiritual

  7. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%

Edukasi:

  1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi

  2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap

  3. Anjurkan berhenti merokok

  4. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian

  5. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian

Kolaborasi:

  1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

  2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung


Perawat jantung akut (I. 02076)

Observasi:

  1. Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi faktor pemicu dan pereda, kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi dan frekuensi)

  2. Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T

  3. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)

  4. Monitor elektrolit yang dapat meningkat risiko aritmia (misal: Kalium, magnesium serum)

  5. Monitor enzim jantung (Misal: CK, CK-MB, Troponin T, Troponin I)

  6. Monitor saturasi oksigen

  7. Identifikasi stratifikasi pada sindrom koroner akut (misal: Skor TIMI, Killip, Crusade)

Terapeutik:

  1. Pertahankan tirang baring minimal 2 jam

  2. Pasang akses intravena

  3. Puasakan hingga bebas nyeri

  4. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan stress

  5. Sediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat dan pemulihan

  6. Siapkan menjalani intervensi koroner perkutan, jika perlu.

  7. Berikan dukungan emosional dan spiritual

Edukasi:

Perawatan Jantung (I. 02075)

Observasi:

  1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dispneu, kelelahan, edema, ortopnea, paroxcysmal nocturnal dyspneu, peningkatan CVP)

  2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit, pucat)

  3. Monitor tekanan darah (Termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)

  4. Monitor intake dan output cairan

  5. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama

  6. Monitor status oksigen

  7. Monitor keluhan nyeri dada (misal: intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presipitasi yang mengurangi nyeri)

  8. Monitor EKG 12 sadapan

  9. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)

  10. Monitor nilai laboratorium jantung (misal: Elektrolit, enzim jantung, BNP, Ntpro-BNP)

  11. Monitor fungsi alat pacu jantung

  12. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas

  13. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat (misal: Beta blocker, ACE inhibitor, Calcium channel blocker, digoksin)

Terapeutik:

  1. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman

  2. Berikan diet jantung yang sesuai (miBatasi asupan kafein, natrium, kolesterol, dan makanan tinggi lemak)

  3. Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai indikasi.

  4. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat

  5. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu

  6. Berikan dukungan emosional dan spiritual

  7. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%

Edukasi:

  1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi

  2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap

  3. Anjurkan berhenti merokok

  4. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian

  5. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian

Kolaborasi:

  1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

  2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung


Perawat jantung akut (I. 02076)

Observasi:

  1. Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi faktor pemicu dan pereda, kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi dan frekuensi)

  2. Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T

  3. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)

  4. Monitor elektrolit yang dapat meningkat risiko aritmia (misal: Kalium, magnesium serum)

  5. Monitor enzim jantung (Misal: CK, CK-MB, Troponin T, Troponin I)

  6. Monitor saturasi oksigen

  7. Identifikasi stratifikasi pada sindrom koroner akut (misal: Skor TIMI, Killip, Crusade)

Terapeutik:

  1. Pertahankan tirang baring minimal 2 jam

  2. Pasang akses intravena

  3. Puasakan hingga bebas nyeri

  4. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan stress

  5. Sediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat dan pemulihan

  6. Siapkan menjalani intervensi koroner perkutan, jika perlu.

  7. Berikan dukungan emosional dan spiritual

Edukasi:

  1. Anjurkan segera melaporkan nyeri dada

  2. Anjurkan menghindari manuver valsava (misal: Mengedan saat BAB atau batuk)

  3. Jelaskan tindakan yang dijalani pasien

  4. Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan ketakutan

Kolaborasi:

  1. Kolaborasi pemberian antiplatelet, jika perlu

  2. Kolaborasi pemberian antiangina (misal: Nitrogliserin, beta blocker, calcium channel blocker)

  3. Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu

  4. Kolaborasi pemberian inotropik, jika perlu

  5. Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah manuver valsava (misal: Pelunak tinja, antiemetik)

  6. Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada, jika perlu.


Pemantauan Hemodinamik Invasif (I. 02058)

Observasi:

  1. Monitor frekuensi dan irama jantung

  2. Monitor TDS, TDD, MAP, Tekanan vena sentral, tekanan arteri pulmonal, tekanan baji arteri paru.

  3. Monitor curah jantung dan indeks jantung

  4. Monitor bentuk gelombang hemodinamik

  5. Monitor perfusi perifer distal pada sisi insersi setiap 4 jam

  6. Monitor tanda tanda infeksi dan perdarahan pada sisi insersi.

  7. Monitor tanda-tanda komplikasi akibat pemasangan selang (miPneumotoraks, selang tertekuk, embolisme udara)

Terapeutik:

  1. Dampingi pasien saat pemasangan dan pelepasan kateter jalur hemodinamik

  2. Lakukan tes allen untuk menilai kolateral ulnaris sebelum kanulasi pada arteri radialis

  3. Pastikan set selang terangkai dan terpasang dengan tepat

  4. Konfirmasi ketepatan posisi selang dengan pemeriksaan x-ray, jika perlu

  5. Posisikan transduser pada atrium kanan (aksis flebostatik) setiap 4-12 jam untuk mengkalibrasi dan mentitiknolkan perangkat.

  6. Pastikan balon deflasi dan kembali ke posisi normal setelah pengukuran tekanan baji arteri paru (PAWP)

  7. Ganti selang dan cairan infus setiap 24-72 jam, sesuai protokol

  8. Ganti balutan pada area insersi dengan teknik steril

  9. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien

  10. Dokumentasi hasil pemantauan

Edukasi:

  1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

  2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

  3. Anjurkan membatasi gerak/aktivitas selama kateter terpasang


Pemantauan Tanda Vital (I. 02060)

Observasi:

  1. Monitor tekanan darah

  2. Monitor nadi (Frekuensi, kekuatan, irama)

  3. Monitor pernapasan (Frekuensi, kedalaman)

  4. Monitor suhu tubuh

  5. Monitor oksimeter nadi.

  6. Monitor tekanan nadi (selisih TDS dan TDD)

  7. Identifikasi penyebab perubahan tanda vital

Terapeutik:

  1. Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien

  2. Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi:

  1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

  2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu


Manajemen syok Kardiogenik (I.02051)

Observasi:

  1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP)

  2. Monitor status oksigenasi (Oksimetri nadi, AGD)

  3. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)

  4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil

  5. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS (deformity/deformitas, open wound/Luka terbuka, tenderness/nyeri tekan, swelling/bengkak)

  6. Monitor EKG 12 lead

  7. Monitor rontgen dada (misal: Kongesti paru, edema paru, pembasaran jantung)

  8. Monitor enzim jantung (misal: CK, CKMB, Troponin)

  9. Identifikasi penyebab masalah utama (misal: Volume, pompa atau irama)

Terapeutik:

  1. Pertahankan jalan napas paten

  2. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%

  3. Persiapan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu

  4. Pasang jalur IV

  5. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urin

  6. Pasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung, jika perlu

Kolaborasi:

  1. Kolaborasi pemberian inotropik (misal: Dobutamin), jika TDS 70-100mmHgtanpa disertai tanda/gejala syok

  2. Kolaborasi pemberian vasopressor (misal: Dopamine), jika TDS 70-100 mmHg disertai tanda/gejala syok)

  3. Kolaborasi pemberian vasopressor kuat (misal: Norepinefrin), jika TDS <70mmH

  4. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

  5. Kolaborasi pompa intra-aorta, jika perlu


Manajemen Alat Pacu Jantung Permanen (I. 02032)

Observasi:

  1. Identifikasi indikasi pemasangan alat pacu jantung permanen

  2. Monitor tanda-tanda alat pacu jantung bekerja dengan baik

  3. Monitor nadi perifer

  4. Moniotr respons hemodinamik

  5. Monitor irama jantung, gejala aritmia, iskemia atau gagal jantung

  6. Monitor komplikasi pemasangan alat pacu jantung (misal: Pneumotoraks, hemotoraks, perforasi miokard, temponade jantung, hematoma, PVC, infeksi, cegukan, kedutan otot)

  7. Monitor kegagalan alat pacu jantung

Terapeutik:

  1. Tentukan jenis dan modus alat pacu jantung

  2. Libatkan keluarga dalam perawatan alat pacu jantung

Edukasi:

  1. Jelaskan indikasi, fungsi, dan komplikasi implantasi alat pacu jantung

  2. Anjurkan mengindari atau menggunakan alat yang menyebabkan gangguan elektromagnetik

  3. Anjurkan melakukan pemeriksaan rutin alat pacu jantung permanen

  4. Anjurkan tidak mengoperasikan kendaraan bermotor sampai diijinkan ahli kardiologi.

  5. Anjurkan memantau alat pacu jantung secara teratur

  6. Anjurkan mengulang rontgen torak setiap tahun untuk konfirmasi penempatan alat pacu jantung

  7. Anjurkan memakai gelang pengguna alat pacu jantung

  8. Anjurkan menghindari mesin detektor

  9. Ajarkan cara mengenali tanda dan gejala disfungsi alat pacu jantung


Kolaborasi:

  1. Kolaborasi pemberian antiplatelet, jika perlu

  2. Kolaborasi pemberian antiangina (misal: Nitrogliserin, beta blocker, calcium channel blocker)

  3. Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu

  4. Kolaborasi pemberian inotropik, jika perlu

  5. Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah manuver valsava (misal: Pelunak tinja, antiemetik)

  6. Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada, jika perlu.


Pemantauan Hemodinamik Invasif (I. 02058)

Observasi:

  1. Monitor frekuensi dan irama jantung

  2. Monitor TDS, TDD, MAP, Tekanan vena sentral, tekanan arteri pulmonal, tekanan baji arteri paru.

  3. Monitor curah jantung dan indeks jantung

  4. Monitor bentuk gelombang hemodinamik

  5. Monitor perfusi perifer distal pada sisi insersi setiap 4 jam

  6. Monitor tanda tanda infeksi dan perdarahan pada sisi insersi.

  7. Monitor tanda-tanda komplikasi akibat pemasangan selang (miPneumotoraks, selang tertekuk, embolisme udara)

Terapeutik:

  1. Dampingi pasien saat pemasangan dan pelepasan kateter jalur hemodinamik

  2. Lakukan tes allen untuk menilai kolateral ulnaris sebelum kanulasi pada arteri radialis

  3. Pastikan set selang terangkai dan terpasang dengan tepat

  4. Konfirmasi ketepatan posisi selang dengan pemeriksaan x-ray, jika perlu

  5. Posisikan transduser pada atrium kanan (aksis flebostatik) setiap 4-12 jam untuk mengkalibrasi dan mentitiknolkan perangkat.

  6. Pastikan balon deflasi dan kembali ke posisi normal setelah pengukuran tekanan baji arteri paru (PAWP)

  7. Ganti selang dan cairan infus setiap 24-72 jam, sesuai protokol

  8. Ganti balutan pada area insersi dengan teknik steril

  9. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien

  10. Dokumentasi hasil pemantauan

Edukasi:

  1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

  2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

  3. Anjurkan membatasi gerak/aktivitas selama kateter terpasang


Pemantauan Tanda Vital (I. 02060)

Observasi:

  1. Monitor tekanan darah

  2. Monitor nadi (Frekuensi, kekuatan, irama)

  3. Monitor pernapasan (Frekuensi, kedalaman)

  4. Monitor suhu tubuh

  5. Monitor oksimeter nadi.

  6. Monitor tekanan nadi (selisih TDS dan TDD)

  7. Identifikasi penyebab perubahan tanda vital

Terapeutik:

  1. Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien

  2. Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi:

  1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

  2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu


Manajemen syok Kardiogenik (I.02051)

Observasi:

  1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP)

  2. Monitor status oksigenasi (Oksimetri nadi, AGD)

  3. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)

  4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil

  5. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS (deformity/deformitas, open wound/Luka terbuka, tenderness/nyeri tekan, swelling/bengkak)

  6. Monitor EKG 12 lead

  7. Monitor rontgen dada (misal: Kongesti paru, edema paru, pembasaran jantung)

  8. Monitor enzim jantung (misal: CK, CKMB, Troponin)

  9. Identifikasi penyebab masalah utama (misal: Volume, pompa atau irama)

Terapeutik:

  1. Pertahankan jalan napas paten

  2. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%

  3. Persiapan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu

  4. Pasang jalur IV

  5. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urin

  6. Pasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung, jika perlu

Kolaborasi:

  1. Kolaborasi pemberian inotropik (misal: Dobutamin), jika TDS 70-100mmHgtanpa disertai tanda/gejala syok

  2. Kolaborasi pemberian vasopressor (misal: Dopamine), jika TDS 70-100 mmHg disertai tanda/gejala syok)

  3. Kolaborasi pemberian vasopressor kuat (misal: Norepinefrin), jika TDS <70mmH

  4. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

  5. Kolaborasi pompa intra-aorta, jika perlu


Manajemen Alat Pacu Jantung Permanen (I. 02032)

Observasi:

  1. Identifikasi indikasi pemasangan alat pacu jantung permanen

  2. Monitor tanda-tanda alat pacu jantung bekerja dengan baik

  3. Monitor nadi perifer

  4. Moniotr respons hemodinamik

  5. Monitor irama jantung, gejala aritmia, iskemia atau gagal jantung

  6. Monitor komplikasi pemasangan alat pacu jantung (misal: Pneumotoraks, hemotoraks, perforasi miokard, temponade jantung, hematoma, PVC, infeksi, cegukan, kedutan otot)

  7. Monitor kegagalan alat pacu jantung

Terapeutik:

  1. Tentukan jenis dan modus alat pacu jantung

  2. Libatkan keluarga dalam perawatan alat pacu jantung

Edukasi:

  1. Jelaskan indikasi, fungsi, dan komplikasi implantasi alat pacu jantung

  2. Anjurkan mengindari atau menggunakan alat yang menyebabkan gangguan elektromagnetik

  3. Anjurkan melakukan pemeriksaan rutin alat pacu jantung permanen

  4. Anjurkan tidak mengoperasikan kendaraan bermotor sampai diijinkan ahli kardiologi.

  5. Anjurkan memantau alat pacu jantung secara teratur

  6. Anjurkan mengulang rontgen torak setiap tahun untuk konfirmasi penempatan alat pacu jantung

  7. Anjurkan memakai gelang pengguna alat pacu jantung

  8. Anjurkan menghindari mesin detektor

  9. Ajarkan cara mengenali tanda dan gejala disfungsi alat pacu jantung