Gangguan Eliminasi Urin

Kode Diagnosa: D.0054

cara penulisan diagnosis aktual : Masalah berhubungan dengan Penyebab ditandai dengan Tanda / Gejala

Definisi

Disfungsi Eliminasi Urin

Kondisi Klinis
Terkait

  1. Infeksi ginjal dan saluran kemih

  2. Hiperglikemia

  3. Trauma

  4. Cancer

  5. Cedera/Tumor/infeksi medula spinalis

  6. Neuropati diabetikum

  7. Neuropati alkoholik

  8. Stroke

  9. Parkinson

  10. Skeloris multiple

  11. Obat alpha adrenergik

Penyebab

  1. Penurunan kapasitas kandung kemih

  2. Iritasi kandung kemih

  3. Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih.

  4. Efek tindakan medis dan diagnostik (mis. Operasi ginjal, operasi kandung kemih, anestesi dan obat-obatan)

  5. Kelemahan otot pelvis

  6. Ketidakmampuan mengakses toilet (mis. Imobilitas)

  7. Hambatan lingkungan

  8. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi.

  9. Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. anomali saluran kemih kongenital)

  10. Imaturitas (pada anak usia <3 tahun)

Tanda / Gejala

Subjektif

  1. Desakan berkemih (Urgensi)

  2. Urin menetes (dribbling)

  3. Sering buang air kecil

  4. Nokturia

  5. Mengompol

  6. Enuresis


Objektif

  1. Distensi kandung kemih

  2. Berkemih tidak tuntas (hesitancy)

  3. Volume residu urine meningkat

Tujuan
Perawatan

A. Eliminasi Urine: Membaik (L.04034)


Kriteria Hasil:

  1. Sensasi berkemih meningkat

  2. Desakan berkemih (Urgensi) menurun

  3. Distensi kandung kemih menurun

  4. Berkemih tidak tuntas (Hesitancy) menurun

  5. Volume Residu urine menurun

  6. Urin Menetes (dribbling) menurun

  7. Nokturia menurun

  8. Mengompol menurun

  9. Enuresis menurun

  10. Disuria menurun

  11. Anuria menurun

  12. Frekuensi BAK meningkat

  13. Karakteristik urine meningkat



B. Kontinensia Urine: Membaik (L.0036)


Kriteria Hasil:

  1. Kemampuan mengontrol pengeluaran urine meningkat

  2. Nokturia menurun

  3. Residu volume urine setelah berkemih menurun

  4. Distensi kandung kemih menurun

  5. Dribbling menurun

  6. Hesitancy menurun

  7. Enuresis menurun

  8. Verbalisasi pengeluaran urine tidak tuntas menurun

  9. Kemampuan menunda pengeluaran urine membaik

  10. Frekuensi berkemih membaik

  11. Sensasi berkemih membaik



C. Kontrol Gejala: Meningkat (L.14127)


Kriteria Hasil:

  1. Kemampuan memonitor gejala secara mandiri meningkat

  2. Kemampuan memonitor lama bertahannya gejala meningkat

  3. Kemampuan memonitor keparahan gejala meningkat

  4. Kemampuan memonitor frekuensi gejala meningkat

  5. Kemampuan memonitor variasi gejala meningkat

  6. Kemampuan melakukan tindakan pencegahan meningkat

  7. Kemampuan melakukan tindakan untuk mengurangi gejala meningkat

  8. Mendapatkan perawatan kesehatan saaat gejala bahaya muncul meningkat

  9. Kemampuan menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia meningkat

  10. Mencatat hasil pemantauan gejala meningkat

  11. Kemampuan melaporkan gejala meningkat.



D. Tingkat Infeksi (L.14137)


Kriteria Hasil:

  1. Demam menurun

  2. Kemerahan menurun

  3. Nyeri menurun

  4. Bengkak menurun

  5. Piuria menurun

  6. Kadar sel darah putih membaik

  7. Kultur urine membaik

  8. Kadar sel darah putih membaik

Intervensi

A. Dukungan Perawatan Diri: BAB/BAK (I.11349)

Observasi:

  1. Identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia

  2. Monitor integritas kulit pasien

Terapeutik:

  1. Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi

  2. Dukungan penggunaan toilet/commode/ pispot/urinal secara konsisten.

  3. Jaga privasi selama eliminasi

  4. Ganti pakaian pasien setelah eliminasi, jika perlu

  5. Bersihkan alat bantu BAK/BAB setelah digunakan.

  6. Latih BAK/BAB sesuai jadwal, jika perlu

  7. Sediakan alat bantu (Mis. kateter ekternal, urinal) jika perlu

Edukasi:

  1. Anjurkan BAK/BAB secara rutin

  2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet jika rutin.

B. Manajemen Eliminasi Urine (I.04152)

Observasi:

  1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine.

  2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urine

  3. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna)

Terapeutik:

  1. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih.

  2. Batasi asupan cairan, jika perlu

  3. Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur.

Edukasi:

  1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih.

  2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine

  3. Ajarkan mengambil spesimen urine midstream

  4. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih

  5. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-oto panggul/berkemih.

  6. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi

  7. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur

  8. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur.

Kolaborasi:

  1. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu

C. Edukasi Toilet Training (I.12458)

Observasi:

  1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Terapeutik:

  1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

  2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

  3. Berikan kesempatan untuk bertanya

  4. Dukung orang tua agar kreatif dan fleksibel selama proses

Edukasi:

  1. Jelaskan perlunya kesempatan bagi anak untuk mengamati selama proses toileting.

  2. Jelaskan informasi terkait yang dibutuhkan orangtua

  3. Jelaskan tanda kesiapan orangtua/keluarga untuk melatih anak berkemih mandiri.

  4. Anjurkan mengenalkan anak dengan peralatan dan proses latihan toilet.

  5. Ajarkan cara memberikan pujian atas keberhasilan anak.

  6. Ajarkan orangtua menidentifikasi kesiapan anak untuk berkemih mandiri

  7. Ajarkan orang tua mengidentifikasi kesiapan anak secara psikososial

  8. Ajarkan strategi untuk latihan toilet

  9. Ajarkan cara mengajak anak ke toilet

D. Irigasi Kandung Kemih (I.04145)

Observasi:

  1. Monitor keseimbangan cairan

  2. Periksa aktivitas dan mobilitas (mis. posisi keteter, lipatan kateter)

  3. Identifikasi kateter yang akan digunakan adalah three ways.

  4. Identifikasi kemampuan pasien merawat kateter

  5. Identifikasi order obat irigasi kandung kemih kembali.

  6. Monitor cairan irigasi yang keluar (mis. bekuan darah atau benda asing lainnya)

  7. Monitor respon pasien selama dan setelah irigasi kandung kemih

  8. Monitor hasil elektrolit darah

  9. Monitor jumlah cairan intake dan output pada kartu cairan/irigasi.

Terapeutik:

  1. Gunakan cairan isotonis untuk irigasi kandung kemih

  2. Jaga privasi

  3. Kosongkan kantung urine

  4. Gunakan alat pelindung diri

  5. Lakukan standar operasional prosedur dengan teknik aseptik

  6. Persiapkan alat-alat yang akan digunakan dengan mempertahankan kesterilan

  7. Siapkan cairan irigasi sesuai kebutuhan

  8. Buka dan disinfeksi akses port kateter dengan swab alkohol

  9. Hubungkan set cairan irigasi ke kateter urine

  10. Atur tetesan cairan irigasi sesuai kebutuhan

  11. Pastikan cairan irigasi mengalir ke kateter, kandung kemih dan keluar ke kantung urine

  12. Berikan posisi nyaman

Edukasi:

  1. Jelaskan tujuan dan prosedur irigasi kandung kemih

  2. Anjurkan melapor jika mengalami keluhan nyeri saat BAK, urine merah dan tidak dapat BAK.

E. Irigasi Kateter urine (I.04146)

Observasi:

  1. Identifikasi indikasi irigasi kateter urine

  2. Monitor intake dan output cairan

Terapeutik:

  1. Jaga privasi

  2. Posisikan nyaman setinggi siku perawat

  3. Gunakan alat pelindung diri

  4. Kosongkan kantung urine dan ukur jumlah urine

  5. Siapkan cairan irigasi sesuai kebutuhan atau order dengan teknik aseptik sesuai jenis irigasinya (intermitten atau continous)

  6. Buka dan disinfeksi akses port kateter dengan swab alkohol

  7. Klem kateter

  8. Alirkan cairan irigasi kedalam kateter urine sesuai kebutuhan atau order (intermitten atau continous)

  9. Buka klem kateter dan biarkan urine dan cairan irigasi mengalir keluar

  10. Catat jumlah cairan irigasi dan output urine (mis. jumlah, karakteristik)

Edukasi:

  1. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan

  2. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tanda dan gejala serta efek jika irigasi urine tidak mengalir lancar

F. Kateterisasi Urine (I.04148)

Observasi:

  1. Periksa kondisi pasien (mis. Kesadaran, tanda-tanda vital, daerah perineal, distensi kandung kemih, inkontinensia urine, refleks berkemih)

Terapeutik:

  1. Siapkan peralatan, bahan-bahan dan ruangan tindakan

  2. Siapkan pasien : bebaskan pakaian bawah dan posisikan dorsal rekumben (untuk wanita) dan supine (untuk laki-laki)

  3. Pasang sarung tangan

  4. Bersihkan daerah perineal atau preposium dengan cairan NaCl atau aquades

  5. Lakukan insersi kateter urine dengan menerapkan prinsip aseptik

  6. Sambungkan kateter urin dengan urine bag

  7. Isi balon dengan NaCl 0.9% sesuai anjuran pabrik

  8. Fiksasi selang kateter diatas simpisis atau di paha

  9. Pastikan kantung urine ditempatkan lebih rendah dari kandung kemih

  10. Berikan label waktu pemasangan

Edukasi:

  1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urine

  2. Anjurkan menarik napas saat insersi selang kateter.

G. Manajemen Hemodialisis (I.03112)

Observasi:

  1. Identifikasi tanda dan gejala serta kebutuhan hemodialisis

  2. Identifikasi kesiapan hemodialisis (mis. tanda-tanda vital, berat badan kering, kelebihan cairan, kontraindikasi pemberian heparin)

  3. Monitor tanda vital, tanda-tanda perdarahan, dan respons selama dialisis

  4. Monitor tanda-tanda vital pascahemodialisis.

Terapeutik:

  1. Siapkan peralatan hemodialisis (mis. bahan habis pakai, blood line hemodialisis)

  2. Lakukan prosedur dialisis dengan prinsip aseptik

  3. Atur filtrasi sesuai kebutuhan penarikan kelebihan cairan.

  4. Atasi hipotensi selama proses dialisis

  5. Hentikan Hemodialisis jika mengalami kondisi yang membahayakan (mis. syok)

  6. Ambil sampel darah untuk mengevaluasi keefektifan hemodialisis

Edukasi:

  1. Jelaskan tentang Prosedur hemodialisis

  2. Ajarkan pembatasan cairan, penanganan insomnia, pencegahan infeksi akses HD.

Kolaborasi:

  1. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu

H. Manajemen Nefrostomi (I.04156)

Observasi:

  1. Monitor kepatenan selang

  2. Monitor komplikasi pemasangan nefrostomi (mis. perdarahan, infeksi dan tanda abnormalitas nefrostomi (mis. tak ada urine, nyeri abdomen)

  3. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. fungsi ginjal dan elektrolit)

  4. Monitor intake dan output cairan harian

Terapeutik:

  1. Rawat daerah insersi sesuai prosedur

  2. Lakukan irigasi nefrostomi, jika perlu

  3. Kosongkan kantung nefrostomi jika telah 2/3 penuh

Edukasi:

  1. Jelaskan tanda-tanda obstruksi nefrostomi, perdarahan dan infeksi

  2. Ajarkan pasien dan keluarga cara mengukur intake dan output cairan.

I. Perawatan inkontinensia Urine (I.04163)

Observasi:

  1. Identifikasi penyebab inkontinensia urine (mis. disfungsi neurologis, gangguan medula spinalis, gangguan refleks destrusor, obat-obatan, usia, riwayat operasi,

  2. Identifikasi perasaan dan persepsi pasien terhadap inkontinensia urine yang dialaminya

  3. Monitor keefektifan obat, pembedahan dan terapi modalitas berkemih

  4. Monitor kebiasaan BAK

Terapeutik:

  1. Bersihkan genital dan kulit sekitar secara rutin

  2. Berikan pujian atas keberhasilan mencegah inkontinensia

  3. Buat jadwal konsumsi obat-obat diuretik

  4. Ambil sampel urine untuk pemeriksaan urine lengkap atau kultur

Edukasi:

  1. Jelaskan definisi, jenis inkontinensia, penyebab inkontinensia urine.

  2. Jelaskan program penanganan inkontinensia urine

  3. Jelaskan jenis pakaian dan lingkungan yang mendukung proses berkemih

  4. Anjurkan membatasi konsumsi cairan 2-3 jam menjelang tidur

  5. Ajarkan memantau cairan keluar dan masuk serta pola eliminasi urine

  6. Anjurkan minum minimal 1500cc/hari, jika tidak kontraindikasi

  7. Anjurkan menghindari kopi, minuman bersoda, teh dan cokelat

  8. Anjurkan konsumsi buah dan sayur untuk menghindari konstipasi

Kolaborasi:

  1. Rujuk ke ahli inkontinensia, Jika perlu

J. Perawatan Retensi Urine (I.04165)

Observasi:

  1. Identifikasi penyebab retensi urine (mis. peningkatan tekanan uretra, kerusakan arkus refleks, disfungsi neurologis, efek agen farmakologis)

  2. Monitor efek agen farmakologis (mis. atropine, belladonna, psikotik, antihistamin, opiate, calcium channel blocker)

  3. Monitor intake dan output cairan

  4. Monitor tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi/perkusi

Terapeutik:

  1. Sediakan privasi untuk berkemih

  2. Berikan rangsangan berkemih (mis. mengalirkan alir keran, membilas toilet, kompres dingin pada abdomen)

  3. Lakukan maneuver Crede, jika perlu

  4. Pasang kateter urine, jika perlu

  5. Fasilitasi berkemih dengan interval yang teratur

Edukasi:

  1. Jelaskan penyebab retensi urine

  2. Anjurkan pasien atau keluarga mencatat output urine

  3. Ajarkan cara melakukan rangsangan berkemih.

K. Perawatan Urostomi (I.04167)

Observasi:

  1. Periksa kondisi umum (mis. kesadaran, tanda-tanda vital)

  2. Periksa kondisi urostomi (mis. waktu pembuatan urostomi, jenis urostomi, karakteristik urostomi, komplikasi, karakteristik urine)

  3. Periksa kemampuan dan pengetahuan pasien terhadap urostomi

Terapeutik:

  1. Siapkan peralatan, bahan-bahan dan ruangan tindakan, jika perlu

  2. Siapkan pasien : jaga privasi dan bebaskan area urostomi dari pakaian.

  3. Lakukan irigasi urostomi setiap 4-6 jam untuk mencegah penumpukan mukus yang dapat menyumbat aliran urine

  4. Gunakan 50-60 cc NaCl 0.9% atau aquadest untuk irigasi.

  5. Terapkan teknik aseptik dan keamanan pasien selama merawat urostomi

  6. Bebaskan urostomi dari kantung sebelumnya.

  7. Bersihkan stoma dengan air bersih hangat dan sabun

  8. Ukur stoma dengan pedoman pengukuran

  9. Siapkan plate dan kantung stoma baru.

  10. Gunakan pasta atau powder sesuai kebutuhan

  11. Pasang kantung dan plate stoma yang baru dan gesper, jika perlu

Edukasi:

  1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

  2. Ajarkan cara merawat stoma

  3. Jelaskan tanda-tanda perburukan urostomi dan distensi kandung kemih.

Kolaborasi:

  1. Kolaborasi jika terjadi herniasi, atropi, atau perburukan dari stoma.

L. Pengontrolan Infeksi (I.14551)

Observasi:

  1. Identifikasi pasien-pasien yang mengalami penyakit infeksi menular

Terapeutik:

  1. Terapkan kewaspadaan universal (mis. cuci tangan aseptik, gunakan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, pelindung wajah, pelindung mata, apron, sepatu bot sesuai model transmisi mikroorganisme)

  2. Tempatkan pada ruang isolasi bertekanan negatif untuk pasien dengan resiko penyebaran infeksi via droplet atau udara

  3. Sterilisasi dan desinfeksi alat-alat, furnitur, lantai, sesuai kebutuhan.

  4. Gunakan hepafilter pada area khusus (mis. kamar operasi)

  5. Berikan tanda khusus untuk pasien-pasien dengan penyakit menular.

Edukasi:

  1. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

  2. Ajarkan etika batuk dan/atau bersin.